Sedikit yang
pernah kutahu dari agama ialah bahwa, di saat manusia mengalami kebingungan
bagaimana seharusnya menjadi manusia, agama datang untuk memandunya. Saat
manusia mengalami begitu sulitnya untuk membangun kebudayaan, agama hadir
dengan material terbaiknya. Ketika para budak tersungkur perih di bawah kaki
para raja dan majikan, agama datang untuk membebaskannya. Pada situasi dimana
anak perempuan dipandang tak berguna sama sekali di hadapan para pria, pun
agama menyentuhnya dan mengangkat mereka ke derajat yang lebih mulia.
Adalah agama, yang kemudian sanggup mengubah sempitnya ruang pikir umat manusia.
Gelap memekatnya hati kita menjadi lapang dan bercahaya. Pada situasi dimana
antar kelompok orang begitu mudahnya saling menumpahkan darah, agama telah
banyak sanggup merukunkan dan mendamaikannya. Maka, mengapa keindahan-keindahan
seperti ini tak kita ambil? Kenapa pula kita lari darinya, bahkan kerapkali
kita gemar untuk meniupkan api permusuhan diantara sesama?
Jadi,
memaknai agama dengan sebenarnya adalah keharusan bagi setiap umat beragama
supaya agama benar-benar menjadi suatu kebutuhan manusia yang hanif tersebut.
Sehingga keberadaan agama tetap langgeng dan tak tergantikan oleh paham-paham
sesat lainya. Agama bukanlah ”berhala” yang harus disembah. Agama hanyalah
sebuah sarana menuju keesaan Allah SWT. Saat ini, tak
terhitung betapa banyaknya manusia yang lebih beriman pada agamanya daripada
beriman pada Allah SWT? Sebagaimana tak terhitung juga manusia yang secara
kasat mata tampak sangat saleh, tapi ternyata batinnya sangat salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar