Seperti keuangan, energi, sumber daya mineral, telekomunikasi, dan perkebunan.
Dengan dominasi asing seperti itu, perekonomian sering kali terkesan tersandera oleh kepentingan asing. Tak hanya perbankan, asuransi juga didominasi asing. Dari 45 perusahaan asuransi jiwa yang beroperasi di Indonesia, tak sampai setengahnya yang murni milik Indonesia. Kalau dikelompokkan, dari asuransi jiwa yang ekuitasnya di atas Rp 750 miliar hampir semuanya usaha patungan. Dari sisi perolehan premi, lima besarnya adalah perusahaan asing. Hal itu tak terlepas dari aturan pemerintah yang sangat liberal, memungkinkan pihak asing memiliki sampai 99 persen saham perbankan dan 80 persen saham perusahaan asuransi.
Dengan dominasi asing seperti itu, perekonomian sering kali terkesan tersandera oleh kepentingan asing. Tak hanya perbankan, asuransi juga didominasi asing. Dari 45 perusahaan asuransi jiwa yang beroperasi di Indonesia, tak sampai setengahnya yang murni milik Indonesia. Kalau dikelompokkan, dari asuransi jiwa yang ekuitasnya di atas Rp 750 miliar hampir semuanya usaha patungan. Dari sisi perolehan premi, lima besarnya adalah perusahaan asing. Hal itu tak terlepas dari aturan pemerintah yang sangat liberal, memungkinkan pihak asing memiliki sampai 99 persen saham perbankan dan 80 persen saham perusahaan asuransi.
Pasar modal juga
demikian. Total kepemilikan investor asing 60-70 persen dari semua saham
perusahaan yang dicatatkan dan diperdagangkan di bursa efek. Pada badan usaha
milik negara (BUMN) pun demikian. Dari semua BUMN yang telah diprivatisasi,
kepemilikan asing sudah mencapai 60 persen. Lebih tragis lagi di sektor minyak
dan gas. Porsi operator migas nasional hanya sekitar 25 persen, selebihnya 75
persen dikuasai pihak asing. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Migas
Kementerian ESDM menetapkan target porsi operator oleh perusahaan nasional
mencapai 50 persen pada 2025.
Utang luar
negeri membludak sementara kesejahteraan masyarakat masih jauh dari harapan.
Sedangkan dari waktu ke waktu kekuatan bangsa ini terus merosot karena
perekonomian dikuasai kekuatan asing.Tekanan utang, dominasi asing dalam sumber
daya mineral dan pertambangan serta deindustrialisasi, telah membuat rakyat
banyak belum sejahtera. Situasi ini terus mengancam ekonomi bangsa di era
globalisasi yang kompetisinya kian meninggi. Para ekonom telah mengingatkan
bahwa Indonesia terlalu patuh dan tunduk kepada Washington Consensus sehingga
kebijakan ekonominya tidak mampu mengatasi pengangguran dan kemiskinan serta
tidak bisa menciptakan lapangan kerja bagi jutaan TKI yang kini mencapai lebih
2 juta orang di Malaysia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar